IPA sebagai suatu
penopang pembelajaran memiliki permasalahan tersendiri yang ikut andil
menjadi sebuah problematika wajah pendidikan tanah air. Permasalahan ini
seolah membuka tabir sejarah pendidikan yang tak pernah berubah seiring
kemajuan dan perubahan kurikulum. Memang pada dasarnya kurikulum hadir
bukan untuk menghilangkan masalah tetapi apakah problematika ini menjadi
identitas negeri kita?
Oleh Choiri mengatakan
bahwa banyak permasalahan pembelajaran IPA yang diangkat ke media tanpa
adanya inovasi pembelajaran di kelas, seakan-akan tetap bertahan bahkan
jatuh pada lobang yang sama, lantas bagaimana dengan kemajuan yang kita
inginkan?
Selain itu pemberian
materipun harus diperhatikan, hal ini untuk menghindari
kesalahan/kekurangan penerimaan konsep pada anak dengan benar dengan
memperhatikan psikologi anak yang dimulai dari pembukaan, sampai
evaluasi di akhir pembelajaran pertama ini. Pembelajaran bermakna dimana
penyampaian materi dengan contoh yang terdekat dengan anak sehingga
akan lebih mudah memahami dan dirasakan lebih bernilai, maksudnya lebih
bisa berguna bukan hanya sekedar teori dan menyenangkan.
Permasalahan lain yang
timbul yaitu tidak adanya media pembelajaran yang memadai untuk
menjelaskan suatu konsep diluar praktikum dan observasi. Hal ini akan
mempersulit anak dalam memahami konsep sehingga tak jarang anak memahami
diluar konsep yang sebetulnya jadi guru harus kreatif dan inovatif.
Berdasarkan hasil
monitoring kelas pada saat pembelajaran IPA, banyak sekali masalah yang
muncul yang dialami oleh guru, diantaranya :
1. Guru tidak siap mengajar, dalam arti terkadang guru belum memahami konsep materi yang diajarkan.
2. Kesulitan memahami pelajaran, guru sering kesulitan dalam memunculkan minat belajar anak
3. Kurang optimal dalam penerapan metode pembelajran yang ada.
4. Kesulitan memilih dan menentukan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
5. Kesulitan menanamkan konsep yang benar pada siswa dan sering bersifat verbalistik.
Kegiatan membenahi
motivasi dan prestasi merupakan kegiatan awal pembelajaran. Kegiatan itu
perlu dirancang sebaik mungkin guna mengkoordinasikan murid-murid untuk
“siap” belajar, menerima pelajaran dengan bertanya dan menggali ilmu
pengetahuan yang akan dipelajari. Kegiatan yang bisa memberikan motivasi
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan,
misalnya metode ceramah (bercerita), peragaan, demonstrasi, dan
sosiodrama dengan bermain peran, serta metode tanya jawab. Pada kegiatan
memberikan motivasi, guru hendaknya memberikan pertanyaan awa yang
mengarahkan pada materi yang akan dibahas, sehingga muncul berbagai
opini anak tentang bebagai macam pelajaran. Hal ini penting sekali bagi
murid untuk menghilangkan pola pembelajaran DDCH (duduk, dengar, catat
dan hapal).
Pola pembelajaran DDCH punya kelemahan, yaitu :
Pola pembelajaran DDCH punya kelemahan, yaitu :
1. kurangnya interaksi guru sehingga murid dapat menurunkan motivasi anak belajar
2. murid apatis karena tidak ada keaktifan terlihat dalam proses pembelajaran.
3. murid kesulitan memahami konsep materi pelajaran.
4. munculnya trauma murid kepada guru yang mengajar
5. materi pelajaran yang diserap murid masuk dalam ingatan jangka pendek alias STM (short time memory).
6. prestasi pembelajaran IPA cenderung menurun.
Untuk mengurangi bebagai
permasalahan diatas, guru dapat mengembangkan pendekatan pembelajaran
“PAKEMI” dan inovatif, pembelajaran aktif, kreatif, enak, menyenangkan.
Pendekatan pembelajaran PAKEMI paling tidak dapat membawa angin
perubahan dalam pembelajaran, yaitu :
1. guru dan murid sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik antar keduanya.
2. guru dan murid dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam pembelajaran.
3. murid merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran
4. munculnya pembahasan dalam pembelajaran di kelas.
Akhirnya pembelajaran
yang dilaksanakan jika ingin mencapai “Sukses” sangat bergantung pada
beberapa faktor, yaitu : guru, murid, tujuan yang akan dicapai,
penggunaan media pembelajaran, metode diterapkan dan sistem evaluasi,
pengetahuan yang tepat yang dimiliki siswa mengarahkan perhatiannya pada
satu atau dua hal tertentu dari seluruh materi yang sedang dipelajari.
(sumber: Lupa)
(sumber: Lupa)
Posting Komentar
Terimakasih atas Kunjungan anda di blog BEM STKIP Hamzanwadi Selong