Bulan Ramadhan disebut juga sebagai syahrul at-Tarbiyah atau bulan pendidikan. Lingkup pendidikan yang dimaksud adalah sedemikian luas, menyangkut tarbiyah jasadiyah, tarbiyah fikriyah, dan tarbiyah qolbiyah. Proses pendidikan itu berjalan selama sebulan penuh, dan bagi mereka yang lulus, maka disebut sebagai seorang yang bertaqwa.
Sebagai tarbiyah jasadiyah, maka seseorang yang sedang berpuasa tidak diperbolehkan makan, minum, dan melakukan hubungan seksual di siang hari serta hal lain yang membatalkan puasanya. Tatkala pada hari biasa, seseorang secara bebas dibolehkan melakukan hal itu semua, maka pada saat berpuasa dilarang. Jasad atau raga seseorang yang sedang berpuasa dilatih untuk membatasi kemasukan apapun, termasuk yang halal sekalipun.
Dengan berpuasa, maka keinginan yang bersifat jasadiyah dibatasi atau bahkan dilarang. Pada saat tidak berpuasa seseorang bisa makan, minum dan berkumpul antara suami isteri, maka pada bulan itu dilatih untuk dibatasi. Kebebasan pada bulan itu tidak diberikan. Orang yang sedang menjalankan ibadah puasa dilatih untuk mencegah melakukan sesuatu yang sebenarnya disukai. Nafsu atau keinginan yang bersifat jasadiyah selalu menghendaki kebebasan yang seluas-luasnya.
Mengkonsumsi sesuatu dalam jumlah tidak terbatas adalah merupakan sumber penyakit dan atau bahkan malapetaka. Namun tidak tidak semua orang menyadari. Banyak orang ingin memuaskan dirinya, mengkonsumsi apa saja yang diinginkan secara bebas. Pada bulan ramadhan nafsu atau keinginan jasad itu dibatasi. Jangankan makanan yang haram, sedangkan makanan yang halal saja tidak dibolehkan dimakan pada siang hari.
Sedangkan tarbiyah fikriyah, maka seseorang yang sedang berpuasa dilatih untuk tidak memikirkan makanan, minuman dan seks, tetapi diarahkan untuk berpikir pada hal-hal yang lebih besar dan mulia. Orang berpuasa dianjurkan banyak berdzikir atau ingat Allah. Melalui berdzikir, maka seseorang akan berimajinasi tentang hal-hal besar, seperti tentang Tuhan dan segala ciptaannya, tentang sifat-sifat-Nya yang mulia, tentang kehidupan di akherat nanti.
Selain itu, seseorang yang sedang berpuasa dianjurkan untuk banyak membaca al-Qur'an. Maka artinya pada saat itu, pikirannya diajak untuk merenungkan dan memikirkan isi kitab suci yang berisi tentang berbagai hal terkait dengan kehidupan ini. Kitab suci memberikan keterangan tentang Tuhan, penciptaan, alam, manusia dan jalan menuju keselamatan. Maka artinya, dengan berpuasa seseorang diajak berpikir tentang sesuatu yang seharusnya diketahuinya.
Adapun tarbiyah qolbiyah adalah bahwa seseorang yang sedang berpuasa dilatih untuk membersihkan hatinya dari hal-hal yang menjadi penyakit hati, seperti terlalu mencintai harta, suka marah, bakhil, dengki, hasut, tamak, permusuhan dan lain-lan. Sebaliknya, pada bulan ramadhan seseorang yang berpuasa dilatih untuk banyak bersyukur, mencintai antar sesama, tolong menolong, banyak bersedekah, peduli terhadap orang miskin, anak yatim, dan seterusnya.
Pendidikan lewat berpuasa seperti dikemukakan itu dilakukan sebulan penuh. Apabila puasa itu dilakukan dengan ikhlas, disadari bahwa ibadah itu tidak ada yang mengawasi kecuali Allah sendiri, maka pelatihan atau tarbiyah dalam waktu satu bulan tersebut akan mewarnai kehidupan yang bersangkutan pada bulan-bulan berikutnya. Dengan demikian, maka puasa tidak saja diartikan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya, tetapi benar-benar akan menjadi bulan pendidikan bagi yang menjalankannya. Wallahu a'lam
Sebagai tarbiyah jasadiyah, maka seseorang yang sedang berpuasa tidak diperbolehkan makan, minum, dan melakukan hubungan seksual di siang hari serta hal lain yang membatalkan puasanya. Tatkala pada hari biasa, seseorang secara bebas dibolehkan melakukan hal itu semua, maka pada saat berpuasa dilarang. Jasad atau raga seseorang yang sedang berpuasa dilatih untuk membatasi kemasukan apapun, termasuk yang halal sekalipun.
Dengan berpuasa, maka keinginan yang bersifat jasadiyah dibatasi atau bahkan dilarang. Pada saat tidak berpuasa seseorang bisa makan, minum dan berkumpul antara suami isteri, maka pada bulan itu dilatih untuk dibatasi. Kebebasan pada bulan itu tidak diberikan. Orang yang sedang menjalankan ibadah puasa dilatih untuk mencegah melakukan sesuatu yang sebenarnya disukai. Nafsu atau keinginan yang bersifat jasadiyah selalu menghendaki kebebasan yang seluas-luasnya.
Mengkonsumsi sesuatu dalam jumlah tidak terbatas adalah merupakan sumber penyakit dan atau bahkan malapetaka. Namun tidak tidak semua orang menyadari. Banyak orang ingin memuaskan dirinya, mengkonsumsi apa saja yang diinginkan secara bebas. Pada bulan ramadhan nafsu atau keinginan jasad itu dibatasi. Jangankan makanan yang haram, sedangkan makanan yang halal saja tidak dibolehkan dimakan pada siang hari.
Sedangkan tarbiyah fikriyah, maka seseorang yang sedang berpuasa dilatih untuk tidak memikirkan makanan, minuman dan seks, tetapi diarahkan untuk berpikir pada hal-hal yang lebih besar dan mulia. Orang berpuasa dianjurkan banyak berdzikir atau ingat Allah. Melalui berdzikir, maka seseorang akan berimajinasi tentang hal-hal besar, seperti tentang Tuhan dan segala ciptaannya, tentang sifat-sifat-Nya yang mulia, tentang kehidupan di akherat nanti.
Selain itu, seseorang yang sedang berpuasa dianjurkan untuk banyak membaca al-Qur'an. Maka artinya pada saat itu, pikirannya diajak untuk merenungkan dan memikirkan isi kitab suci yang berisi tentang berbagai hal terkait dengan kehidupan ini. Kitab suci memberikan keterangan tentang Tuhan, penciptaan, alam, manusia dan jalan menuju keselamatan. Maka artinya, dengan berpuasa seseorang diajak berpikir tentang sesuatu yang seharusnya diketahuinya.
Adapun tarbiyah qolbiyah adalah bahwa seseorang yang sedang berpuasa dilatih untuk membersihkan hatinya dari hal-hal yang menjadi penyakit hati, seperti terlalu mencintai harta, suka marah, bakhil, dengki, hasut, tamak, permusuhan dan lain-lan. Sebaliknya, pada bulan ramadhan seseorang yang berpuasa dilatih untuk banyak bersyukur, mencintai antar sesama, tolong menolong, banyak bersedekah, peduli terhadap orang miskin, anak yatim, dan seterusnya.
Pendidikan lewat berpuasa seperti dikemukakan itu dilakukan sebulan penuh. Apabila puasa itu dilakukan dengan ikhlas, disadari bahwa ibadah itu tidak ada yang mengawasi kecuali Allah sendiri, maka pelatihan atau tarbiyah dalam waktu satu bulan tersebut akan mewarnai kehidupan yang bersangkutan pada bulan-bulan berikutnya. Dengan demikian, maka puasa tidak saja diartikan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya, tetapi benar-benar akan menjadi bulan pendidikan bagi yang menjalankannya. Wallahu a'lam
(sumber: Pkesinteraktif)
Posting Komentar
Terimakasih atas Kunjungan anda di blog BEM STKIP Hamzanwadi Selong